Senin, 28 Februari 2022

Jihad

 

Jihad

Oleh : Haikal Insan

Apa itu jihad ? Sesuatu yang terbesit di dalam pikiran orang awam saat mendengar kata ‘Jihad’ biasanya adalah perang, padahal pengertian jihad jauh lebih luas daripada itu. Jihad secara bahasa atau etimologi diambil dari bahasa Arab Jahada Yajhadu yang memiliki Masdar (atau yang kita sebut sebagai hasil dari sebuah perbuatan) Jihad yang memiliki beberapa pengertian, yaitu bersungguh-sungguh, berusaha dalam keadaan sulit, bekerja lebih keras daripada orang lain, dan lain-lain.

            Sedangkan pengertian jihad secara istilah atau terminologi adalah semua usaha, pekerjaan, dan pejuangan dalam menyebarkan dan menegakkan agama Allah yaitu Islam. Jadi yang dinamakan jihad itu bukan hanya perang yang membela atau menegakkan agama Allah atau Islam. Tapi kenapa kata-kata ‘Jihad” identik dengan perang ? Hal ini memang disebabkan oleh peperangan yang sering terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jihad yang sering dilakukan adalah dalam bentuk perang membela dan menegakkan agama Allah atau Islam karena pada zaman tersebut Islam adalah sebuah agama baru yang dianggap sebagai ancaman yang mengganggu kepercayaan masyarakat Arab Jahiliyah pada zaman tersebut. Maka dari itu, Islam dan pengikutnya yaitu kaum Muslimin sering mendapat gangguan dan serangan dari musuh-musuh islam pada zaman itu.

            Jika kita kembali pada pengertian jihad yang sebenarnya, yaitu semua usaha, pekerjaan, dan pejuangan dalam menyebarkan dan menegakkan agama Allah yaitu Islam, maka bisa kita simpulkan perang pada zaman Rasul adalah salah satu bentuk jihad. Bahkan pada zaman rasul pun jihad bukan hanya dalam bentuk perang, tetapi ada juga dalam bentuk dakwah dengan cara pengiriman utusan Rasulullah ke berbagai tempat, seperti contohnya, pengiriman Mush’ab bin Umair ke Madinah atau Yatsrib untuk berdakwah menyebarkan agama islam sebelum Rasulullah hijrah.

            Kedudukan jihad dalam islam adalah sebagai penjaga terhadap agama Islam itu sendiri. Jika kita mengumpamakan atau mengibaratkan agama islam sebagai sebuah rumah maka Iman adalah fondasi rumah tersebut karena iman lah yang menjadi dasar penopang seluruh syari’at islam, selanjutnya ada sholat yang menjadi tiang-tiang dari rumah tersebut karena dengan sholat lah ditegakkannya agama islam seperti sebuah rumah yang berdiri tegak karena tiang-tiangnya, lalu ada syari’at islam yang menjadi tembok bagi rumah tersebut karena syari’at inilah yang menjadi batas agar seorang muslim tidak keluar dari bangunan islam tersebut, dan yang terakhir jihadlah yang menjadi atap rumah tersebut karena dengan jihad lah agama islam masih ada dan berdiri tegak sama seperti atap sebuah rumah yang melindungi rumah tersebut dari panas, hujan, dan gangguan-gangguan lainnya.

            Sementara jika kita lihat di dalam Al Qur’an kedudukan orang-orang yang berjihad adalah seperti yang saya kutip dari surat Al Baqoroh ayat 218 yaitu sebagai berikut :

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ  218.

Yang memiliki arti sebagai berikut : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al Baqoroh : ayat 218). Dijelaskan dalam ayat tersebut orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah maka orang tersebut adalah orang-orang yang mengharapkan Rahmat atau kasih sayang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

            Keutamaan jihad dalam islam jika kita lihat dari sudut pandang As Sunnah atau yang biasa disebut sebagai Hadits adalah sebagai berikut :

عَن عَبدِ الله بنِ مَسعًودِ رَضِيَ الله عَنهُ قَالَ: سَأَلتُ النَبِيَّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى الله؟ قَالَ: “الصَلَاةُ عَلَى وَقتِهَا”, قُلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: “بِرُّ الوَالِدَينِ”, قُلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: “الجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله”,

 Yang artinya adalah sebagai berikut : "Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang amalan yang paling disukai Allah Swt? beliau menjawab, Shalat pada waktunya. Kemudian apa? Kataku, beliau menjawab, “berbuat baik kepada kedua orangtua”. Kemudian apa? Kataku lagi. Beliau menjawab, “jihad fi sabilillah.” (HR. Bukhari). Dalam hadits tersebut disebutkan 3 amalan yang dicintai oleh Allah, yaitu sholat tepat waktu, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, dan berjihad di jalan Allah. Maka dari itu jika dilihat dari hadits tersebut Jihad menempati urutan ketiga sebagai amalan yang dicintai oleh Allah. Urutan pertama diisi oleh sholat tepat waktu karena memang sholat adalah amalan paling penting bagi seorang muslim, sholat adalah pembeda antara seorang muslim dan seorang kafir. Urutan yang kedua adalah berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, amalan ini menempati urutan kedua karena berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua kita adalah sebagai balasan ata semua jasa yang telah mereka berikan kepada kita walupun kita tidak akan bisa membalas semua jasa mereka. Jihad menempati urutan ketiga karena berjihad menegakkan dan membela agama Allah adalah amalan yang sangat penting untuk menjaga eksistensi agama islam di dunia ini.

            Selanjutnya mari kita bahas terkait tingkatan jihad. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan tingkatan jenis jihad ditinjau dari objeknya dengan meyatakan bahwa jihad memiliki empat tingkatan, yaitu :

1.     Jihad memerangi hawa nafsu

Jihad memerangi hawa nafsu adalah tingkatan jihad tertinggi menurut Imam Ibnul Qayyim karena hawa nafsu adalah hal yang paling sulit dilawan. Hawa nafsu terdapat dalam diri setiap manusia dan yang tahu cara melawan hawa nafsunya sendiri adalah setiap manusia itu sendiri karena hawa nafsu setiap manusia berbeda-beda.

2.     Jihad memerangi syaithon

Tingkatan jihad yang kedua adalah jihad memerangi syaithon. Jihad memerangi syaithon ini menempati tingkatan kedua karena syaithon adalah musuh abadi setiap muslim. Iblis dan para syaithon keturunannya memang telah bersumpah akan menjerumuskan manusia sebagai keturunan bani adam ke dalam setiap perbuatan buruk agar manusia gagal masuk Surga dan masuk Neraka.

3.     Jihad memerangi orang munafik

Jihad memerangi orang munafik menempati tingkatan jihad yang ketiga karena orang-orang munafik lebih susah diketahui daripada orang kafir. Istilahnya adalah musuh dalam selimut, mereka sholat bersama kita, mereka puasa bersama kita, tetapi ternyata semua itu adalah tipu daya mereka untuk menyesatkan kita.

4.     Jihad memerangi orang kafir

Tingkatan jihad yang keempat adalah jihad memerangi orang kafir. jihad memerangi orang kafir menempati tingkatan yang keempat karena orang-orang kafir tidak akan pernah ridho dan rela agama islam berjaya di muka bumi ini. Mereka akan terus mencari cara untuk menjatuhkan agama islam.

            Setelah itu, marilah kita bahas kedudukan seorang Syahid. Sebelum kita membahas kedudukannya mari kita ketahui pengertian dari Syahid. Syahid secara Bahasa atau etimologi diambil dari Bahasa Arab yaitu Syahida Yasyhadu dari Fa’ilnya (atau yang biasa kita sebut sebagai orang yang mengerjakan perbuatan tersebut) Syahid. Sedangkan menurut agama islam Syahid adalah sesorang yang gugur atau mati atau meninggal saat sedang membela dan menegakkan agama Allah atau bisa kita sebut sebagai orang yang mati saat sedang berjihad. Pengertian jihad bukan hanya perang membela agama islam, tetapi semua usaha yang dilakukan untuk membela dan menegakkan agama islam. Maka selama orang itu sedang berusaha untuk membela dan menegakkan agama islam dan dia mati karena usahanya tersebut, maka orang itu bisa disebut Syahid.

            Kedudukan orang-orang yang mati sebagai Syahid sangatlah agung dalam islam. Disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat An Nisa ayat 69, yaitu sebagai berikut :

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا  69.

Yang memiliki arti sebagai berikut : Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (An Nisa : ayat 69). Betapa agungnya kedudukan Syahid di sisi Allah sampai Allah menyandingkan dalam firmannya seorang syahid dengan para Nabi, para pencinta kebenaran, dan juga dengan orang-orang saleh karena berkat jasa para syuhada inilah agama islam masih tegak dan berjaya di muka bumi ini, Wallahu A’lam Bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar