Jihad
Jihad
Oleh
: Haikal Insan
Apa itu jihad ? Sesuatu yang terbesit di dalam pikiran orang awam saat
mendengar kata ‘Jihad’ biasanya adalah perang, padahal pengertian jihad jauh
lebih luas daripada itu. Jihad secara bahasa atau etimologi diambil dari bahasa
Arab Jahada Yajhadu yang memiliki Masdar (atau yang kita sebut sebagai hasil
dari sebuah perbuatan) Jihad yang memiliki beberapa pengertian, yaitu
bersungguh-sungguh, berusaha dalam keadaan sulit, bekerja lebih keras daripada
orang lain, dan lain-lain.
Sedangkan pengertian jihad secara
istilah atau terminologi adalah semua usaha, pekerjaan, dan pejuangan dalam
menyebarkan dan menegakkan agama Allah yaitu Islam. Jadi yang dinamakan jihad
itu bukan hanya perang yang membela atau menegakkan agama Allah atau Islam.
Tapi kenapa kata-kata ‘Jihad” identik dengan perang ? Hal ini memang disebabkan
oleh peperangan yang sering terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jihad yang sering
dilakukan adalah dalam bentuk perang membela dan menegakkan agama Allah atau
Islam karena pada zaman tersebut Islam adalah sebuah agama baru yang dianggap
sebagai ancaman yang mengganggu kepercayaan masyarakat Arab Jahiliyah pada
zaman tersebut. Maka dari itu, Islam dan pengikutnya yaitu kaum Muslimin sering
mendapat gangguan dan serangan dari musuh-musuh islam pada zaman itu.
Jika kita kembali pada pengertian
jihad yang sebenarnya, yaitu semua usaha, pekerjaan, dan pejuangan dalam
menyebarkan dan menegakkan agama Allah yaitu Islam, maka bisa kita simpulkan
perang pada zaman Rasul adalah salah satu bentuk jihad. Bahkan pada zaman rasul
pun jihad bukan hanya dalam bentuk perang, tetapi ada juga dalam bentuk dakwah
dengan cara pengiriman utusan Rasulullah ke berbagai tempat, seperti contohnya,
pengiriman Mush’ab bin Umair ke Madinah atau Yatsrib untuk berdakwah
menyebarkan agama islam sebelum Rasulullah hijrah.
Kedudukan jihad dalam islam adalah
sebagai penjaga terhadap agama Islam itu sendiri. Jika kita mengumpamakan atau
mengibaratkan agama islam sebagai sebuah rumah maka Iman adalah fondasi rumah
tersebut karena iman lah yang menjadi dasar penopang seluruh syari’at islam,
selanjutnya ada sholat yang menjadi tiang-tiang dari rumah tersebut karena
dengan sholat lah ditegakkannya agama islam seperti sebuah rumah yang berdiri
tegak karena tiang-tiangnya, lalu ada syari’at islam yang menjadi tembok bagi
rumah tersebut karena syari’at inilah yang menjadi batas agar seorang muslim
tidak keluar dari bangunan islam tersebut, dan yang terakhir jihadlah yang
menjadi atap rumah tersebut karena dengan jihad lah agama islam masih ada dan
berdiri tegak sama seperti atap sebuah rumah yang melindungi rumah tersebut
dari panas, hujan, dan gangguan-gangguan lainnya.
Sementara jika kita lihat di dalam
Al Qur’an kedudukan orang-orang yang berjihad adalah seperti yang saya kutip
dari surat Al Baqoroh ayat 218 yaitu sebagai berikut :
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ
هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ
اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
218.
Yang
memiliki arti sebagai berikut : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan
orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang
mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al Baqoroh :
ayat 218). Dijelaskan dalam ayat tersebut orang-orang yang beriman dan berjihad
di jalan Allah maka orang tersebut adalah orang-orang yang mengharapkan Rahmat
atau kasih sayang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Keutamaan jihad dalam islam jika
kita lihat dari sudut pandang As Sunnah atau yang biasa disebut sebagai Hadits
adalah sebagai berikut :
عَن عَبدِ الله بنِ مَسعًودِ رَضِيَ الله عَنهُ قَالَ: سَأَلتُ النَبِيَّ صَلَّى
الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى الله؟ قَالَ: “الصَلَاةُ عَلَى
وَقتِهَا”, قُلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: “بِرُّ الوَالِدَينِ”, قُلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟
قَالَ: “الجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله”,
Yang artinya adalah sebagai berikut :
"Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Muhammad
Saw tentang amalan yang paling disukai Allah Swt? beliau menjawab, Shalat pada
waktunya. Kemudian apa? Kataku, beliau menjawab, “berbuat baik kepada kedua
orangtua”. Kemudian apa? Kataku lagi. Beliau menjawab, “jihad fi sabilillah.”
(HR. Bukhari). Dalam hadits tersebut disebutkan 3 amalan yang dicintai oleh
Allah, yaitu sholat tepat waktu, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang
tua, dan berjihad di jalan Allah. Maka dari itu jika dilihat dari hadits
tersebut Jihad menempati urutan ketiga sebagai amalan yang dicintai oleh Allah.
Urutan pertama diisi oleh sholat tepat waktu karena memang sholat adalah amalan
paling penting bagi seorang muslim, sholat adalah pembeda antara seorang muslim
dan seorang kafir. Urutan yang kedua adalah berbuat baik atau berbakti kepada
kedua orang tua, amalan ini menempati urutan kedua karena berbuat baik dan
berbakti kepada kedua orang tua kita adalah sebagai balasan ata semua jasa yang
telah mereka berikan kepada kita walupun kita tidak akan bisa membalas semua
jasa mereka. Jihad menempati urutan ketiga karena berjihad menegakkan dan
membela agama Allah adalah amalan yang sangat penting untuk menjaga eksistensi
agama islam di dunia ini.
Selanjutnya mari kita bahas terkait
tingkatan jihad. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan tingkatan jenis jihad ditinjau
dari objeknya dengan meyatakan bahwa jihad memiliki empat tingkatan, yaitu :
1.
Jihad memerangi hawa nafsu
Jihad
memerangi hawa nafsu adalah tingkatan jihad tertinggi menurut Imam Ibnul Qayyim
karena hawa nafsu adalah hal yang paling sulit dilawan. Hawa nafsu terdapat
dalam diri setiap manusia dan yang tahu cara melawan hawa nafsunya sendiri
adalah setiap manusia itu sendiri karena hawa nafsu setiap manusia
berbeda-beda.
2.
Jihad memerangi syaithon
Tingkatan
jihad yang kedua adalah jihad memerangi syaithon. Jihad memerangi syaithon ini
menempati tingkatan kedua karena syaithon adalah musuh abadi setiap muslim.
Iblis dan para syaithon keturunannya memang telah bersumpah akan menjerumuskan
manusia sebagai keturunan bani adam ke dalam setiap perbuatan buruk agar
manusia gagal masuk Surga dan masuk Neraka.
3.
Jihad memerangi orang munafik
Jihad
memerangi orang munafik menempati tingkatan jihad yang ketiga karena
orang-orang munafik lebih susah diketahui daripada orang kafir. Istilahnya
adalah musuh dalam selimut, mereka sholat bersama kita, mereka puasa bersama
kita, tetapi ternyata semua itu adalah tipu daya mereka untuk menyesatkan kita.
4.
Jihad memerangi orang kafir
Tingkatan
jihad yang keempat adalah jihad memerangi orang kafir. jihad memerangi orang
kafir menempati tingkatan yang keempat karena orang-orang kafir tidak akan
pernah ridho dan rela agama islam berjaya di muka bumi ini. Mereka akan terus
mencari cara untuk menjatuhkan agama islam.
Setelah itu, marilah kita bahas
kedudukan seorang Syahid. Sebelum kita membahas kedudukannya mari kita ketahui
pengertian dari Syahid. Syahid secara Bahasa atau etimologi diambil dari Bahasa
Arab yaitu Syahida Yasyhadu dari Fa’ilnya (atau yang biasa kita sebut sebagai
orang yang mengerjakan perbuatan tersebut) Syahid. Sedangkan menurut agama
islam Syahid adalah sesorang yang gugur atau mati atau meninggal saat sedang
membela dan menegakkan agama Allah atau bisa kita sebut sebagai orang yang mati
saat sedang berjihad. Pengertian jihad bukan hanya perang membela agama islam,
tetapi semua usaha yang dilakukan untuk membela dan menegakkan agama islam.
Maka selama orang itu sedang berusaha untuk membela dan menegakkan agama islam
dan dia mati karena usahanya tersebut, maka orang itu bisa disebut Syahid.
Kedudukan orang-orang yang mati
sebagai Syahid sangatlah agung dalam islam. Disebutkan dalam firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala surat An Nisa ayat 69, yaitu sebagai berikut :
وَمَنْ يُّطِعِ
اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ
مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ
وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا 69.
Yang
memiliki arti sebagai berikut : Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul
(Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan
nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (An Nisa : ayat 69). Betapa agungnya kedudukan Syahid
di sisi Allah sampai Allah menyandingkan dalam firmannya seorang syahid dengan
para Nabi, para pencinta kebenaran, dan juga dengan orang-orang saleh karena
berkat jasa para syuhada inilah agama islam masih tegak dan berjaya di muka
bumi ini, Wallahu A’lam Bishshawab.